Tuesday, April 20, 2010

Bahaya Masuk Angin dan Kerja Shift

Penyakit ini adalah yang paling sering kualami semenjak saya menamatkan kuliah saya, soalnya begitu saya tamat, saya langsung bekerja di bagian IT support di salah satu perusahaan di Medan. Pekerjaan yang saya lakukan adalah dibagi dalam tiga shift yaitu pagi, sore, dan malam. Memang sebuah pekerjaan yang berat, tapi maklumlah sebagai seorang yang fresh graduate sedang mencari pengalaman. Dalam pekerjaan ini saya dan rekan-rekan yang lain diberi tanggung jawab untuk menjamin bahwa layanan data dan voice bekerja dengan baik.
Banyak pengaruh yang diberikan oleh pekerjaan ini bagi hidup saya, yaitu mulai dari kerja pada hari sabtu atau minggu dimana diatur dalam jadawal 2 x pagi, 2 x sore, 2 x malam, dan 2 x libur. Suatu pekerjaan yang sangat memberatkan lagi adalah apabila harus bekerja malam hari sampai pagi, dada ini terasa sesak dengan angina malam, perasaan mau tidur tapi tidak bias karena harus kerja. Pekerjaan jenis ini adalah pekerjaan yang sangat menuntut fisik dan ketabahan yang kuat. Begitu siap shift malam, waktunya tidur dan bangun sore, makan jadi lupa, dan badan terus terasa mengantuk.
Terus terang berat badan saya naik sebanyak hamper 20 kg selama kerja di sana, penyebabnya adalah karena masuk angin, badan jadi lemas, dan yang paling berbahaya adalah semangat berkurang drastis. Dengan masuk anginnya badan, otomatis niat untuk olah raga tidak ada, padahal untuk menunjang kinerja pada saat malam harus minum kopi susu dan makan indomie pakai telor. Makanan berlemak banyak masuk tapi keringat tidak ada J, angin yang menjalar di semua tubuh saya serasa telah menghilangkan semua cita-cita dan jati diri saya. Beruntuk waktu malam hari koneksi Internet tetap masih ada di kantor, dari sana saya mencari informasi beasiswa untuk melanjutkan kuliah saya. Ternyata dari informasi yang saya dapat bahwa dari d3 tidak ada beasiswa, yang ada program ekstensi dengan biaya sendiri.
Bermodalkan gaji yang dikumpulkan selama 16 bulan, saya akhirnya memutuskan untuk melanjutkan kuliah saya di salah satu universitas swasta di Jakarta. Pengalaman yang penuh resiko, karena saya ke Jakarta harus mengikuti test ujian dulu, sedangkan pekerjaan saya sudah saya tinggalkan. Tapi ada semangat yang mendorong saya untuk berubah untuk menggapai cita-cita mulia saya. Akhirnya saya diterima dan mengikuti kuliah di tempat itu, saya memiliki rencana untuk kerja sambil kuliah karena kuliah saya adalah malam. Saya harus menyesuaikan dulu dengan Jakarta, karena suasananya sangat jauh berbeda dengan kota Medan. Selama bekerja di Jakarta saya bekerja di ISP, saya sempat ikut kerja dalam shift tapi hanya sebentar saja, angin kembali menghantui badan saya. Tapi untunglah ada peningkatan posisi, jadi kerjanya normal dari jumat sampai sabtu. Alangkah bahagianya tidur saat malam dan libur waktu sabtu dan minggu J J.
Bagi teman-teman yang sedang dalam pekerjaan shift karena suatu tugas untuk mendukung kinerja perusahaan yang beroperasi selama 24 jam, saran saya adalah :
-supaya mempergunakan tunjangan shift malam untuk menjaga kesehatan.
-Tidur yang cukup setelah shift malam.
-Luangkan waktu dengan keluarga pada saat libur.
-Selama shift malam pergunakan waktu untuk memperbaiki skill, karena suatu saat nanti fisik anda akan lemah.

Bagi saya inti dari semua pengalaman ini adalah bahwa didalam bekerja kita harus tetap belajar walaupun seberapa besar rintangan yang ada di depan kita. Semua itu adalah masa untuk membentuk pikiran kita untuk menjadi seorang pemimpin nanti.

Sumber:
http://1100060884.blog.binusian.org/2009/04/page/2/

Shift kerja yang baik di sesuaikan dengan kondisi dan lingkungan kerjanya

Dunia kerja adalah dunia yang saat ini sangat marak diperbincangakan dalam masyarakat. Entah itu para pebisnis maupun masyarakat biasa juga sudah mulai banyak memperbincangkan mengenai dunia kerja ini.
Kerja merupakan suatu proses dalam hidup kita yang selalu terjadi bahkan setiap saat kita lakukan. Dalam bekerja secara umum, kita sering mengenal yang disebut pembagian waktu kerja atau yang sering djuga disebut shift kerja. Para karyawan di sebuah perusahaan juga sudah memiliki jadwal pembagian kerja yang teratur. Bukan hanya para pekerja yang bekerja di sebuah rumah sakit, tapi saat ini berbagai instansi perusahaan juga menggunakan sistem pembagian kerja.
Dalam aspek-aspek penentu kepuasan kerja karyawan, jam kerja merupakan bagian dari kondisi kerja yang menjadi salah satu indikator dalam mempengaruhi kepuasan kerja karyawan (Munandar, 2001).
Pengukuran kerja adalah suatu metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Waktu baku diperlukan terutama untuk perencanaan kebutuhan tertentu tenaga kerja (man power planning), perhitungan upah, penjadwalan produksi dan penganggaran, perencanaan sistem, pemberian bonus (insentif) bagi karyawan yang berprestasi, indikasi keluaran yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.

Teknik-teknik pengukuran waktu kerja dapat dibagi 2 :
Pengukuran waktu secara langsung, yaitu ; pengukuran yang dilaksanakan ditempat dimana pekerja yang diukur dilaksanakan.
Pengukuran secara tidak langsung, yaitu cara pengukuran kerja dengan menggunakan jam henti (stop watch).

Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stop watch), Pertama kali diperkenalkan oleh F. Taylor, metode ini baik sekali digunakan untuk pekerjaan2 langsung, singkat dan berulang ulang. Hasil pengukuran waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan digunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang sama.
Dalam pembagian kerja harus didasarkan pada kemampuan masing-masing individu yaitu benar-benar berdasarkan beban kerja, ukuran kemampuan kerja dan waktu yang tersedia.Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang—masing-masing melakukan pekerjaan khusus—perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari.

Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan:
Meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja,

Menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan

Menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja.

Jam kerja terbagi menjadi jam kerja normal dan sistem shift. Menurut Suma’mur (1994), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam.
Monk dan Folkard (dalam Kyla, 2008) mengkategorikan tiga jenis sistem shift kerja, yaitu shift permanen, sistem rotasi cepat, dan sistem rotasi shift lambat. Dalam hal sistem shift rotasi, pengertian shift kerja adalah kerja yang dibagi secara bergilir dalam waktu 24 jam.
Monk dan Folkard (dalam Kyla, 2008) mengkategorikan tiga jenis sistem shift kerja, yaitu shift permanen, sistem rotasi cepat, dan sistem rotasi shift lambat. Dalam hal sistem shift rotasi, pengertian shift kerja adalah kerja yang dibagi secara bergilir dalam waktu 24 jam. Pekerja yang terlibat dalam sistem shift rotasi akan berubah-ubah waktu kerjanya, pagi, sore dan malam hari, sesuai dengan sistem kerja shift rotasi yang ditentukan. Di Indonesia, sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift dengan pengaturan jam kerja secara bergilir mengikuti pola 5-5-5 yaitu lima hari shift pagi (08.00-16.00), lima hari shift sore (16.00-24.00) dan lima hari shift malam (24.00-08.00) diikuti dengan dua hari libur pada setiap akhir shift (Kyla, 2008).
Sistem kerja shift rotasi ada yang bersifat lambat, ada yang bersifat cepat. Dalam sistem kerja shift rotasi yang bersifat lambat, pertukaran shift berlangsung setiap bulan atau setiap minggu, misalnya seminggu kerja malam, seminggu kerja sore dan seminggu kerja pagi. Sedangkan dalam sistem kerja shift rotasi yang cepat, pertukaran shift terjadi setiap satu, dua, atau tiga hari (Scott&LaDou, dalam Adnan; 2002).
Dalam dunia pekerjaan terdapat macam jenis program yang menyangkut pembagian jadwal pekerjaan . Program ini memberikan pembagian jadwal kerja yang fleksibel, yang pertama program Flextime dan program keterlibatan karyawan.
Program Flextime merupakan program penjadwalan kerja yang mengizinkan pengaturan jadwal kerja yang lebih fleksibel
Contoh :
- Pemanfaatan kerja mingguan program ini memberikan beban pekerjaan yang lebih sedikit dalam kerja harian dalam seminggu.
Berbagi pekerjaan program ini memungkinkan seorang karyawan untuk membagi pekerjaan yang sama terhadap karyawan yang lain, hal ini disebabkan waktu pekerjaan ataupun beban pekerjaan yang berat.

Program keterlibatan karyawan
• Perluasan pekerjaan
Program ini memungkinkan seorang karyawan untuk memgembangkan bidang pekerjaan yang telah dipercayakan kepadanya.

• Rotasi pekerjaan
Program ini memungkinkan seorang kayawan atau secara kelompok dapat berganti secara periodik dalam satu bidang pekerjaan.
Contoh : Kelompok 1 karyawan operasional yang terlibat dalam 5 jenis tugas yang berbeda, maka setiap karyawan dalam kelompok dapat berfokus pada satu tugas perminggu dan selanjutnya berganti ke pekerjaan yang lain.



PENGUKURAN WAKTU KERJA
Analisa kerja menaruh perhatian bagaimana suatu macam pekerjaan akan terselesaikan. Dalam pengaplikasian prinsip dan teknik pengukuran cara kerja yang optimal dalam sistem kerja akan memberikan suatu alternatif metode pelaksanaan kerja yang lebih efektif dan efisien. Suatu pelaksanan kerja dikatakan efisien apabila waktu penyelesaian berlangsung singkat. Untuk menghitung waktu (standar time) penyelesaian pekerjaan maka perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik pengukuruan kerja.
Pengukuran kerja adalah suatu metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Waktu baku diperlukan terutama untuk perencanaan kebutuhan tertentu tenaga kerja (man power planning), perhitungan upah, penjadwalan produksi dan penganggaran, perencanaan sistem, pemberian bonus (insentif) bagi karyawan yang berprestasi, indikasi keluaran yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.

Teknik-teknik pengukuran waktu kerja dapat dibagi 2 :
Pengukuran waktu secara langsung, yaitu ; pengukuran yang dilaksanakan ditempat dimana pekerja yang diukur dilaksanakan.
Pengukuran secara tidak langsung, yaitu cara pengukuran kerja dengan menggunakan jam henti (stop watch).

Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stop watch), Pertama kali diperkenalkan oleh F. Taylor, metode ini baik sekali digunakan untuk pekerjaan2 langsung, singkat dan berulang ulang. Hasil pengukuran waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan digunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang sama.
Langkah-langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam henti sebagai berikut ;
Langkah persiapan :
1. Pilih dan definisikan pekerjaan yang akan diukur dan akan ditetapkan waktu standarnya
2. Informasikan maksud dan tujuan pengukuran kerja kepada spervisor/pekerja

3. Pilih operator dan catat semua data yang berkaitan dengan sistem operasi kerja yang akan diukur waktunya

Elemen-elemen yang terpisah, Bagi siklus kegiatan yang berlangsung kedalam elemen2 kegiatan sesuai dengan aturan yang ada.
Persiapan waktu kerja, Waktu baku ditetapkan untuk suatu pekerjaan tidak berubah, material yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi

ISTIRAHAT DAN EFEK ISTIRAHAT DALAM BEKERJA
Penelitian pengaruh istirahat terhadap kinerja karyawan, dalam besarnya beban karyawan sehingga menyebabkan kinerja karyawan yang disebabkan keadaan biologis maupun psikologis karyawan. Dalam satu hari, jantung kita berdetak sebanyak 100.000 kali, darah kita mengalir melalui 17 juta mil arteri, urat darah halus dan juga pembuluh-pembuluh darah. Kita berbicara sebanyak 4.000 kata, bernafas sebanyak 20.000 kali, menggerakkan otot-otot besar sebanyak 750 kali, dan mengoperasikan 14 milyar sel otak. Manusia membutuhkan istirahat.
Istirahat memberikan dampak pemulihan. Tidur merupakan merupakan salah satu bentuk istirahat yang umum untukk dilakukan, dimana selama tidur semua fungsi-fungsi tubuh terisi diperbaharui lagi. Bentuk istirahat tidak hanya tidur, tetapi juga dapa melakukan bersantai sejenak, perubahan aktifitas dapat menenangkan otot-otot serta menghilangkan tekanan dalam bekerja. Studi menunjukkan tidur yang cukup, membuat otak kita kembali berfungsi dengan sangat baik serta membawa dampak pengertian /pemahaman segala jenis masalah biasanya dapat diselesaikan.
Bentuk istirahat yang dapat dilakukan Pertama, istirahat dalam keadaan sadar yakni menghentikan pekerjaan yang tengah dilakukan dan menggantinya dengan rehat sejenak Kedua, istirahat dengan tidur di malam hari yakni menghentikan sistem syaraf dan otot dari aktivitasnya.
Pertumbuhan hormon penting untuk meningkatkan kualitas, ukuran dan efisiensi otak, juga meningkatkan pengangkutan asam amino dari darah ke otak, yang memungkinkan sel urat syaraf untuk dapat memiliki pengetahuan yang permanen dan berguna. Kebanyakan dari pertumbuhan hormon diproduksi pada saat kita itdur dengan tenang (tanpa beban).
Salah satu hormon yang penting lainnya adolah Kortisol, dimana waktu produksi terfingginya adalah dari waktu tengah malam hingga di waktu pagi (pagi-pagi sekali). Kortisol memainkan peranan yang besar dalam membantu kita menghadapi stress/tekanan yang kita hadapi setiap hari, mengurangi rasa penat dan peradangan. Bila manusia tidur terlambat, mereka membatasi kemampuan tubuh untuk menangani segala kegiatan dan mengurangi tenaga dan vitalitas pada keesokan harinya.
Waktu yang tepat untuk bekerja adalah jam 8:00 – 17:00, Dalam organisasi perkantoran tempat sehat dengan reiki bekerja telah diatur jam istirahat kerja dimana didalamnya tercakup jam istirahat misalnya untuk makan siang dan kegiatan ibadah. Selanjutnya istirahat ini pun telah menjadi aturan bagi setiap pekerja dimana ia dapat memanfaatkan waktu istirahat kerja untuk tujuan mengistirahatkan fisik dan pikiran dari beban kerja yang menumpuk. Dengan istirahat kerja maka ia dapat mengendorkan pikiran dari kegiatan berpikir dan kegiatan fisik.

-Pembagian kerja yang nyata
Dalam pembagian kerja harus didasarkan pada kemampuan masing-masing individu yaitu benar-benar berdasarkan beban kerja, ukuran kemampuan kerja dan waktu yang tersedia.
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang—masing-masing melakukan pekerjaan khusus—perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1) meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja.

KERJA BERGILIR (SHIFT KERJA)
Dalam aspek-aspek penentu kepuasan kerja karyawan, jam kerja merupakan bagian dari kondisi kerja yang menjadi salah satu indikator dalam mempengaruhi kepuasan kerja karyawan (Munandar, 2001). Jam kerja terbagi menjadi jam kerja normal dan sistem shift. Menurut Suma’mur (1994), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam.
Monk dan Folkard (dalam Kyla, 2008) mengkategorikan tiga jenis sistem shift kerja, yaitu shift permanen, sistem rotasi cepat, dan sistem rotasi shift lambat. Dalam hal sistem shift rotasi, pengertian shift kerja adalah kerja yang dibagi secara bergilir dalam waktu 24 jam. Pekerja yang terlibat dalam sistem shift rotasi akan berubah-ubah waktu kerjanya, pagi, sore dan malam hari, sesuai dengan sistem kerja shift rotasi yang ditentukan. Di Indonesia, sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift dengan pengaturan jam kerja secara bergilir mengikuti pola 5-5-5.

Monday, March 15, 2010

Efek Antropometri Terhadap Kinerja Karyawan

Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri. Berdiri dengan posisi yang benar, dengan tulang punggung yang lurus dan bobot badan terbagi rata pada kedua kaki. Pada posisi berdiri dengan pekerjaan ringan, tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm dibawah siku. Agar tinggi optimum ini dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi siku yaitu jarak vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan lengan bawah mendatar dan lengan atas vertikal. Posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki dan sebaiknya berdiri tidak lebih dari 6 jam. Posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.

Beberapa persyaratan posisi duduk/bekerja dengan duduk adalah:
a.Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.
b.Tidak menimbulkan gangguan psikologis.
c.Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan.

Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk, namun dari sudut tulang lebih baik tegak agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Untuk itu dianjurkan memiliki sikap duduk yang tegak, diselingi istirahat dengan sedikit membungkuk. Posisi duduk hendaknya memperhatikan tinggi alas duduk yakni sebaiknya dapat disetel antara 38 dan 48 cm, kursi harus stabil dan tidak goyang atau bergerak, dan kursi harus memungkinkan cukup kebebasan bagi gerakan petugas.

Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau berdiri secara bergantian. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statik diperkecil. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani, melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas.

Dari beberapa penjelasan di atas di ketahui bahwa, setiap pekerjaan yang di lakukan sebaiknya melihat dahulu sesuai dengan orang yang akan di tempatkan atau tidak, bila tidak sesuai akan membuat orang yang di tugaskan akan merasa tidak nyaman serta mengalami keterpaksaan dalam melakukan pekerjaan yang di perintahkan, yang mengakibatkan tidak efektif kinerja si karyawan tersebut.

Efek psikologisnya karyawan tidak nyaman terhadap pekerjaannya.

Daftar Pustaka
Fahriansyah, Fika W dan Mappiwali Asrull. 2009. LAPORAN FAKTOR ERGONOMI DI LINGKUNGAN KERJA RUMAH SAKIT BERSALIN PERTIWI MAKASSAR.

Friday, March 12, 2010

Masalah yang ada dalam ergonomi dengan efek keilmuan psikologi

Ergonomi berfungsi untuk menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai “to fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job”. Sebagian besar pekerja di dalam laboratorium bekerja dalam posisi yang kurang ergonomi, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).
Menurut M. Mikhew (ICHOIS 1997), gambaran umum yang menjadi ciri-ciri umum industri dan yang sering terjadi antara lain :
a) Timbulnya risiko bahaya pekerjaan yang tinggi.
b) Keterbatasan sumber daya dalam mengubah lingkungan kerja dan menentukan pelayanan kesehatan kerja yang kuat.
c) Rendahnya kesadaran terhadap faktor-faktor fisik kesehatan kerja.
d) Kondisi pekerjaan yang tidak ergonomi, kerja fisik yang berat dan jam kerja yang panjang.
e) Pembagian kerja di struktur yang beraneka ragam dan rendahnya pengawasan manajemen serta pencegahan bahaya-bahaya pekerjaan.
f) Masalah perlindungan lingkungan tidak terpecahkan dengan baik.
g) Kurangnya pemeliharaan kesehatan, jaminan keamanan, sosial (asuransi kesehatan) dan fasilitas kesejahteraan.
Pelayanan kesehatan kerja yang diberikan melalui penerapan ergonomi, diharapkan dapat meningkatkan mutu kehidupan kerja (Quality of Working Life), dengan demikian produktifitas kerja dapat ditingkatkan dan penyakit akibat kerja dapat diturunkan, proses kerja dan lingkungan kerja yang aman. Interaksi ini akan berjalan dengan baik bila ketiga komponen tersebut dipersiapkan dengan baik dan saling menunjang. Misalnya menyesuaikan ukuran peralatan kerja dengan postur tubuh pekerja dan menilai kelancaran gerakan tubuh pekerja.
Dalam penerapan ergonomi akan dipelajari cara-cara penyesuaian pekerjaan, alat kerja dan lingkungan kerja dengan manusia, dengan memperhatikan kemampuan dan keterbatasan manusia itu sehingga tercapai suatu keserasian antara manusia dan pekerjaannya yang akan meningkatkan kenyamanan kerja dan produktifitas kerja.
Adapun beberapa posisi yang penting untuk penerapan ergonomi di tempat kerja adalah sebagai berikut :
a. Posisi berdiri
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan.
b. Posisi duduk
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki.
Di samping itu, pengenalan permasalahan ergonomi di tempat kerja perlu mempertimbangkan beberapa aspek (bidang kajian ergonomi), yaitu :
a. Anatomi dan gerak terdapat 2 (dua) hal penting yang berhubungan, yakni :
1) Antropometris dipengaruhi oleh :
a) Jenis kelamin
b) Perbedaan bangsa
c) Sifat/hal-hal yang diturunkan
d) Kebiasaan yang berbeda
2) Biomekanik kerja
Misalnya dalam hal penerapan ilmu gaya antara lain sikap duduk/berdiri yang tidak/kurang melelahkan karena posisi yang benar dan ukuran peralatan yang telah diperhitungkan.
b. Fisiologi dibagi menjadi :
1) Fisiologi lingkungan kerja yang berhubungan dengan kenyamanan dan pengamanan terhadap potential hazards, ruang gerak yang memadai.
2) dan fisiologi kerja
c. Psikologi
Perasaan aman, nyaman dan sejahtera dalam bekerja yang didapatkan oleh pekerja. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan kerja (cahaya, ventilasi, posisi kerja) yang tidak menimbulkan stres pada pekerja.
d. Rekayasa dan teknologi merupakan kiat-kiat untuk mendesain peralatan yang sesuai dengan ukuran tubuh dan batasan-batasan pergerakan manusia. Dan juga dapat memberi rasa aman terhadap pekerjaannya.
e. Penginderaan merupakan kemampuan kelima indera manusia menangkap isyarat-isyarat yang datang dari luar.
f.